Kamis, 27 Agustus 2009

Tiba-tiba Melamun...

28 Agustus 2009,
Siang-siang di kantor waktu Jumatan


Sampe di kantor siang, jam 9.30 WIB, dari rumah saya sudah gelisah, karena kebayang nggak enaknya dengan atasan langsung saya yang sudah begitu banyak maklumnya dengan para stafnya.
Ok, bukan maksud hati sengaja buat seenak hati mentang-mentang bos baik hati & pengertian. Cuma...sekali lagi...bila itu menyangkut urusan keluarga...ya saya menyerah... Entahlah, mungkin ini tipikal dengan pekerja di instansi pemerintah lainnya. Tapi...banyak sekali perrtimbangan berat ke keluarga. Ok..ok...saya akui, kamus profesionalisme memang hampir dilupakan di instansi pemerintah taraf provinsi seperti ini, jadi, saya memilih fleksibel dengan keadaan dengan tetap bertanggung jawab dengan pekerjaan saya. Hanya saja masalah kadar yang jadi perbedaan di sini, untuk tiap individu pastinya...

Sahur tadi saya cuma merasa sangat butuh segelas kopi susu, cemilan & air putih. Jadi saya nggak ngikut yang lainnya makan nasi. Memang niat saya setelah Subuh baru akan mulai ngerjain renovasi Pavilyun buat Kiyai di lantai bawah itu. Maklum, dengan semua predikat "Seksi repot ya nggak di rumah nggak di kantor itu" bahkan diri sendiri yang kelewat egois ini ngerasa selalu nggak cukup waktu untuk saya asyik sendiri dengan beberapa hobinya itu. Dengan beberapa kali konsultasi dengan Iyai, gimana kemauannya, dll, dsb itu, walhasil gambar baru siap di print lewat pukul 09.00. Entahlah, sebenernya saya kurang suka dihadapkan dengan situasi yang tidak saya rencanakan, saya suka banyak hal berjalan sesuai rencana. Sayangnya saya malah banyak dihadapkan dengan situasi-situasi "butuh cepat", atau "tanpa kompromi", atau "mendesak", dan situasi-situasi serupa lainnya.
Sedikit kilas balik kalo gitu... Tepat 2 hari lalu, sepulang kantor sore hari, saya dikagetkan dengan tumpukan batu bata & pasir yang "ngejogrog" di halaman depan rumah. Woo..."apa-apaan ini...?" Pertanyaan yang saya sudah bisa pastikan jawabannya. kamar mandi untuk pavilyun Iyai akan segera dibangun...!!! Means....?? Ya kerja gambar kilat dengan hasil yang pasti dituntut maksimal. Sebenernya Bapak sudah dari bulan lalu bilang pada saya, "Tolong dipikirin gambar kamar mandi untuk Farouk". dengan modal perkiraan waktu kakak saya menikah lalu kemudian menempati itu rumah yang jatuh pada Februari tahun depan bikin saya dahulukan beberapa kesibukan saya yang makin nggak jelas itu...
Tapi mau apa lagi? Deadline sudah ditentukan rupanya... Terpaksa kerjaan njahit manik-manik/ mote pada beberapa kerudung dengan bahan dasar yang saya beli sendiri berikut motif hasil corat-coret sendiri itu ya ke-pending dulu...
Jujur aja... Gondok, dikit ato banyak? Entahlah... paling males kalo udah asyik ngerjain sesuatu banyak hambatannya. Apalagi terkait "pekerjaan butuh cepat seperti ini". Mau apa lagi, ya harus saya kerjakan saja jadinya sambil berkali2 membujuk diri egois dan mau menang sendiri ini supaya jadi ikhlas... Wooo...

Sayangnya begitu mau berangkat yang udah jelas kesiangan itu saya malah sempet-sempetnya bagi jengkel dengan Sari. Merasa bersalah... Kenapa saya harus marah-marah pada orang yang nggak tau duduk permasalahan yang saya hadapi? Ok, saya akui, kurang bisa kontrol diri di sana. Maaf. Nyetir dengan kemampuan balap yang sudah pasti nggak tersertifikasi itu, akhirnya saya sampe juga di kantor... Dengan tampang belagak bego dan diemnya saya itu, melanggang masuk ruangan... He..he...he... Mau gimana lagi...
Setelah buka leptop dan liat kembali gambaran saya di ArchiCad itu... Saya memutuskan menggunakan fasilitas dengan biak & benar untuk browsing gambar-gambar kamar mandi suasana natural yang kakak saya inginkan itu. Banyak gambar yang saya temukan, salah satunya gambar-gambar pada salah blogg Arsitek muda adik tingkat saya setahun di bawah pada masa kuliah dulu. Ada chemistry tiap saya buka blogg anak itu. Ya...saya memang suka dengan ciri desainnya, suka juga dengan nalar jalan pikirannya, jadi saya memang kerap berlama-lamaa kalo udah nontoni hasil-hasil karyanya. Tentu saja banyak bisikan-bisikan dari dalam diri yang saling perang mau keluar duluan dari kepala saya. "Ih...aku juga asal konsisten, nggak seperti sekarang ini, mesti bisa kok kaya' dia", ada lagi yang dengan nggak pedenya bilang..."Wah...kamu ini ada di kampus yang sama dulu, daerah asal yang sama, lha kok nggak bisa produktif kaya' dia sih...?". Yang ngelengkapi pikiran-pikiran lainnya yang nggak saya tuliskan di sini ini adalah,"Yee...sebenernya kamu itu bisanya apa toh...?" Wah.... ini dia yang jadi pokok permasalahannya sekarang... yang bikin saya sudah pasti terdiam seketika.
Plus saya buka link salah satu rekanan jasa arsitek yang ditawarkan anak itu. Blogg juga bentuknya, dengan tampilan porto folio karya dan beberapa foto lainnya itu. Asyik liat-liat, ya saya nyangkut di artikel: "jadi arsitek...berani...?" Artikel yang cukup menarik minat saya ternyata. Isinya tentang profesi arsitek, mulai dari duduk di bangku perkuliahan sampe dengan yang sudah merambah ke dunia arsitektur sesungguhnya baik biro besar dengan proyek milyaran atopun biro kecil dengan proyek yang susah banget balikin modalnya itu. Tentang pilihan setelah menjadi fresh graduate jurusan Arsitektur... Tentang bagaimana menyikapi masyarakat dengan memilah proyek komersial dan proyek sosial (saya paham betul kosakata siapa ini berdasarkan ingatan masa kuliah waktu diajar dulu).

Eko Prawoto

Dan pastinya saya kembali lagi dengan bisikan-bisikan di kepala dan sekitarnya yang muakn ruame.. Dengan efek samping saya yang tiba-tiba terdiam lemas pastinya... Sudah puas mumetnya...inilah...saya coba menuang dalam tulisan ini... Yang ujung-ujungnya, entah sekedar pembelaan harga diri, entah paham akan diri sendiri dan keadaan... Saya kembali mengambil beberapa kesimpulan untuk diri saya sendiri... "egois banget nggak sih mikirin diri sendiri mulu dari tadi? Ya biar aja deh, toh untuk kebaikan bersama ato...minimal sendiri ini!"

Yang antara lain adalah sebagai berikut... Saya memang tidak konsisten dengan ilmu pengetahuan latar beelakang pendidikan saya, Arsitektur. Dengan nggak kerennya saya bertahan hidup dengan bergantung pada kemampuan pemerintah untuk membayar saya dan orang-orang seprofesi dengan saya. Dengan seringnya juga saya lupakan Arsitektur yang bpada tahun ketiga saya mempelajarinya itu baru saya jatuh cinta padanya. Dan yang pasti....Saya yang belum bisa buat sesuatu yang berarti seperti Romo Mangun dan Eko Prawoto itu, nggak usah Richard Meier yang saya suka permainan geometrisnya itu. Dengan habitat yang sama saja, saya belum mampu belajar banyak dari Romo atupun Bapak Eko prawoto. Dengan semua kerjaan repot saya yang nggak jelas itu, ya tetep aja berharap suatu saat nanti saya akan berarsitektur dengan karya yang bisa menjawab beberapa pertanyaan setan-setan di kepala ini... Jadi...? akankah saya mampu mengadaptasikan banyak hal dengan diri saya sendiri? "Alias lakukan semua itu dengan Farah Bangeeet...??"

1 komentar:

  1. Hai, Fay...

    Udah lama ga nulis di blog ya?

    Semangat ya, Fay dgn sgala kesibukan sbg arsitek, fotografer, etc....

    Aku tunggu cerita2 terbaru darimu, hehe...;)

    BalasHapus