Rabu, 28 April 2010

Antara Kebutuhan dan Keinginan

Sejauh ini... sering timbul tanya di benakku, apa yang aku dapatkan yang tidak pernah terlepas sedikitpun dari pemberian Tuhan, apakah jawaban dari apa-apa yang aku butuhkan, atau jawaban dari apa-apa yang aku inginkan... Beberapa hal..ada yang mampu aku sadari bahwa itu adalah jawaban dari doaku, dari keinginanku, atau mimpiku.. Bahkan, beberapa hal... ketika otak penuh hasrat ini mencerna bahwa apa yang aku terima itu tidak seberapa (hhmm...dengan melihat orang lain sebagai pembanding sayangnya...) terkadang, suara lain juga ikut bicara bahwa "apa iya kalo diberi dengan konsekuensi lebih dengan prestise dan kompensasi yang lebih pula aku bakalan mampu??"... Kenapa juga nggak sering-sering introspeksi kembali ya... Haha...konyol juga memang.. Bahkan ketika makin akrab dengan rasa sedih ato sejenisnyisa yang punya efek samping air mata dan nggak mampu berkata apa-apa (baca: tenggorokan tercekat yang disertai sesak di dada), sering sekali ingin keluar dari situasi pressure seperti itu. Padahal...bisa jadi, emang lagi bagianku untuk terima hal-hal seperti itu, ato bisa jadi juga ketika banyak kemudahan di sana maka akan lebih buruk dampaknya bagiku. Dengan keterbatasan ini, banyak juga dibenturkan dengan pertanyaan - pertanyaan yang makin menggunung itu, dan yang nggak mudah untuk cari jawaban gamblangnya....

Keinginan....... Banyak sekali ya aku rasa... bahkan ketika sudah disortir pun... ketika mengingat kembali, mesti yo tetep ngisin-ngisini sangking banyaknya itu.. Ego dalam diri ini sering berkeras dengan kurang ajarnya untuk bisa dapatkan ato sekedar membayangkan pencapaian keinginan-keinginan itu. Bahkan jeleknya, ketika tidak tercapai saat itu sudah diusahakan (alias maksa maksudnya) yo dengan kurang ajarnya aku bergumam : "kok gini banget ya idupku", padahal... Jelas-jelas berlaku hukum sebab - akibat di sana...
Harus belajar lebih ikhlas lagi saat doa & usaha udah dijabanin, lha kok susah?? Ya memang... Biar jadinya bisa terus mensyukuri apa-apa yang dimiliki dengan semua yang melatar belakanginya...

Sedangkan untuk kebutuhan... sering kali aku merasa membutuhkan ini itu, padahal bisa jadi ketika nggak berhasil dicapai ya karena memang aku nggak membutuhkan itu. Tapi luar binasa memang si nafsu ini dengan semua keinginannya... Kalo mau dirujuk pada contoh kasus... Ha ha... Banyak banget, jujur aja, jadi bingung mau milih yang mana, bisa pada tulisan berikutnya mungkin (kalo nggak males nuangnya...) Tapi emang paling simpel mbayangin ketika itu semua adalah tentang aku, tentang keinginanku, dan tentang kebutuhanku, sayangnya... Seperti pernyataan seorang teman... Ya terkait satu sama lain, aku dengan orang lain, keinginanku dengan keinginan orang lain, dan kebutuhanku dengan kebutuhan orang lain...

Kamis, 27 Agustus 2009

Tiba-tiba Melamun...

28 Agustus 2009,
Siang-siang di kantor waktu Jumatan


Sampe di kantor siang, jam 9.30 WIB, dari rumah saya sudah gelisah, karena kebayang nggak enaknya dengan atasan langsung saya yang sudah begitu banyak maklumnya dengan para stafnya.
Ok, bukan maksud hati sengaja buat seenak hati mentang-mentang bos baik hati & pengertian. Cuma...sekali lagi...bila itu menyangkut urusan keluarga...ya saya menyerah... Entahlah, mungkin ini tipikal dengan pekerja di instansi pemerintah lainnya. Tapi...banyak sekali perrtimbangan berat ke keluarga. Ok..ok...saya akui, kamus profesionalisme memang hampir dilupakan di instansi pemerintah taraf provinsi seperti ini, jadi, saya memilih fleksibel dengan keadaan dengan tetap bertanggung jawab dengan pekerjaan saya. Hanya saja masalah kadar yang jadi perbedaan di sini, untuk tiap individu pastinya...

Sahur tadi saya cuma merasa sangat butuh segelas kopi susu, cemilan & air putih. Jadi saya nggak ngikut yang lainnya makan nasi. Memang niat saya setelah Subuh baru akan mulai ngerjain renovasi Pavilyun buat Kiyai di lantai bawah itu. Maklum, dengan semua predikat "Seksi repot ya nggak di rumah nggak di kantor itu" bahkan diri sendiri yang kelewat egois ini ngerasa selalu nggak cukup waktu untuk saya asyik sendiri dengan beberapa hobinya itu. Dengan beberapa kali konsultasi dengan Iyai, gimana kemauannya, dll, dsb itu, walhasil gambar baru siap di print lewat pukul 09.00. Entahlah, sebenernya saya kurang suka dihadapkan dengan situasi yang tidak saya rencanakan, saya suka banyak hal berjalan sesuai rencana. Sayangnya saya malah banyak dihadapkan dengan situasi-situasi "butuh cepat", atau "tanpa kompromi", atau "mendesak", dan situasi-situasi serupa lainnya.
Sedikit kilas balik kalo gitu... Tepat 2 hari lalu, sepulang kantor sore hari, saya dikagetkan dengan tumpukan batu bata & pasir yang "ngejogrog" di halaman depan rumah. Woo..."apa-apaan ini...?" Pertanyaan yang saya sudah bisa pastikan jawabannya. kamar mandi untuk pavilyun Iyai akan segera dibangun...!!! Means....?? Ya kerja gambar kilat dengan hasil yang pasti dituntut maksimal. Sebenernya Bapak sudah dari bulan lalu bilang pada saya, "Tolong dipikirin gambar kamar mandi untuk Farouk". dengan modal perkiraan waktu kakak saya menikah lalu kemudian menempati itu rumah yang jatuh pada Februari tahun depan bikin saya dahulukan beberapa kesibukan saya yang makin nggak jelas itu...
Tapi mau apa lagi? Deadline sudah ditentukan rupanya... Terpaksa kerjaan njahit manik-manik/ mote pada beberapa kerudung dengan bahan dasar yang saya beli sendiri berikut motif hasil corat-coret sendiri itu ya ke-pending dulu...
Jujur aja... Gondok, dikit ato banyak? Entahlah... paling males kalo udah asyik ngerjain sesuatu banyak hambatannya. Apalagi terkait "pekerjaan butuh cepat seperti ini". Mau apa lagi, ya harus saya kerjakan saja jadinya sambil berkali2 membujuk diri egois dan mau menang sendiri ini supaya jadi ikhlas... Wooo...

Sayangnya begitu mau berangkat yang udah jelas kesiangan itu saya malah sempet-sempetnya bagi jengkel dengan Sari. Merasa bersalah... Kenapa saya harus marah-marah pada orang yang nggak tau duduk permasalahan yang saya hadapi? Ok, saya akui, kurang bisa kontrol diri di sana. Maaf. Nyetir dengan kemampuan balap yang sudah pasti nggak tersertifikasi itu, akhirnya saya sampe juga di kantor... Dengan tampang belagak bego dan diemnya saya itu, melanggang masuk ruangan... He..he...he... Mau gimana lagi...
Setelah buka leptop dan liat kembali gambaran saya di ArchiCad itu... Saya memutuskan menggunakan fasilitas dengan biak & benar untuk browsing gambar-gambar kamar mandi suasana natural yang kakak saya inginkan itu. Banyak gambar yang saya temukan, salah satunya gambar-gambar pada salah blogg Arsitek muda adik tingkat saya setahun di bawah pada masa kuliah dulu. Ada chemistry tiap saya buka blogg anak itu. Ya...saya memang suka dengan ciri desainnya, suka juga dengan nalar jalan pikirannya, jadi saya memang kerap berlama-lamaa kalo udah nontoni hasil-hasil karyanya. Tentu saja banyak bisikan-bisikan dari dalam diri yang saling perang mau keluar duluan dari kepala saya. "Ih...aku juga asal konsisten, nggak seperti sekarang ini, mesti bisa kok kaya' dia", ada lagi yang dengan nggak pedenya bilang..."Wah...kamu ini ada di kampus yang sama dulu, daerah asal yang sama, lha kok nggak bisa produktif kaya' dia sih...?". Yang ngelengkapi pikiran-pikiran lainnya yang nggak saya tuliskan di sini ini adalah,"Yee...sebenernya kamu itu bisanya apa toh...?" Wah.... ini dia yang jadi pokok permasalahannya sekarang... yang bikin saya sudah pasti terdiam seketika.
Plus saya buka link salah satu rekanan jasa arsitek yang ditawarkan anak itu. Blogg juga bentuknya, dengan tampilan porto folio karya dan beberapa foto lainnya itu. Asyik liat-liat, ya saya nyangkut di artikel: "jadi arsitek...berani...?" Artikel yang cukup menarik minat saya ternyata. Isinya tentang profesi arsitek, mulai dari duduk di bangku perkuliahan sampe dengan yang sudah merambah ke dunia arsitektur sesungguhnya baik biro besar dengan proyek milyaran atopun biro kecil dengan proyek yang susah banget balikin modalnya itu. Tentang pilihan setelah menjadi fresh graduate jurusan Arsitektur... Tentang bagaimana menyikapi masyarakat dengan memilah proyek komersial dan proyek sosial (saya paham betul kosakata siapa ini berdasarkan ingatan masa kuliah waktu diajar dulu).

Eko Prawoto

Dan pastinya saya kembali lagi dengan bisikan-bisikan di kepala dan sekitarnya yang muakn ruame.. Dengan efek samping saya yang tiba-tiba terdiam lemas pastinya... Sudah puas mumetnya...inilah...saya coba menuang dalam tulisan ini... Yang ujung-ujungnya, entah sekedar pembelaan harga diri, entah paham akan diri sendiri dan keadaan... Saya kembali mengambil beberapa kesimpulan untuk diri saya sendiri... "egois banget nggak sih mikirin diri sendiri mulu dari tadi? Ya biar aja deh, toh untuk kebaikan bersama ato...minimal sendiri ini!"

Yang antara lain adalah sebagai berikut... Saya memang tidak konsisten dengan ilmu pengetahuan latar beelakang pendidikan saya, Arsitektur. Dengan nggak kerennya saya bertahan hidup dengan bergantung pada kemampuan pemerintah untuk membayar saya dan orang-orang seprofesi dengan saya. Dengan seringnya juga saya lupakan Arsitektur yang bpada tahun ketiga saya mempelajarinya itu baru saya jatuh cinta padanya. Dan yang pasti....Saya yang belum bisa buat sesuatu yang berarti seperti Romo Mangun dan Eko Prawoto itu, nggak usah Richard Meier yang saya suka permainan geometrisnya itu. Dengan habitat yang sama saja, saya belum mampu belajar banyak dari Romo atupun Bapak Eko prawoto. Dengan semua kerjaan repot saya yang nggak jelas itu, ya tetep aja berharap suatu saat nanti saya akan berarsitektur dengan karya yang bisa menjawab beberapa pertanyaan setan-setan di kepala ini... Jadi...? akankah saya mampu mengadaptasikan banyak hal dengan diri saya sendiri? "Alias lakukan semua itu dengan Farah Bangeeet...??"

Senin, 24 Agustus 2009

Pelatihan Kewirausahaan STIE 2009


2009.... Tahun ini kembali diminta tolongin untuk dokumentasiin acara Pelatihan Kewirausahaan kampus mamah. Tahun lalu namanya Pelatihan Pajak & Kepabeanan, intinya sama senilai 2 sks pengganti KKN. Mulai setahun lalu aku dokumentasiin make EOS 40D ku tersayang ituu... tahun sebelumnya masih make Sony pocket dengan resolusi yang hanya mendekati 4 Mp dengan tingkat noise yang cukup tinggi. Seneng juga bisa punya kamera cerdas... Minimal...hasil-hasil bidikannya bisa bikin aku cengengesan... : ) Pelatihan kali ini lebih singkat waktunya, cuma seminggu dibandingin tahun sebelomnya yang makan waktu 2 minggu. Tapi biar begitu, lebih kreatif penyajian acaranya, sampe ada kunjungan ke kantor Harian Pagi Tribun (grup Kompas Gramedia) yang baru tahun ini berdiri di Lampung, dan praktek masak dengan tim demo Rose Brand... Jujur aja...acara jadi lebih mengena sasaran (menurutku sih....) Mengingatkan kembali pada mahasiswa dengan dunia kerja yang tidak melulu nggawe dibayar orang, tapi bisa nyiptain lapangan kerja sendiri dengan berwiraswasta... Nggak promosi kok, cuma nyampein suara pribadi aja. Hehe... Sayang karena beberapa mahasiswa udah bekerja, jadi tiap motret ya kelas nggak selalu penuh, di acara2 selanjutnya juga nggak semua mahasiswa hadir... Apalagi jumlah peserta pelatihan kali ini ya cuma 29 orang, sedikit dibanding tahun kemarin... Tapi mudah-mudahan masih pada berminat masyarakat Lampung dengan Kampus Ekonomi yang semakin surut mahasiswanya ini, dan kalah bersaing dengan kampus-kampus yang jelas lebih muda dan sedikit jam terbangnya itu... Sebagai narasumber turut diundang dari beberapa instansi pemerintah seperti Dinas Perindustrian & Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Koperasi, BUMN seperti BRI dan PTPN VII, juga kunjungan ke redaksi Tribun Lampung.
Narasumber dari Instansi pemerintah

Narasumber dari BUMN

Dosen & Staf STIE

Kunjungan Lapangan ke Harian Pagi Tribun Lampung
Ruang Percetakan memudahkan akses pengangkutan koran



Praktek memasak dan membuat kue bersama Tim Demo Rose Brand (mahasiswa & beberapa penduduk sekitar anggota PKK)








Praktek memasak dan membuat kue ini mendatangkan tim demo dari Rose Brand. Salut juga buat Rose Brand, mereka datang tidak dibayar, tapi mereka membagi pengalaman praktek dengan antusias lengkap dengan peralatan yang dibawa dalam mobil box sendiri. Jujur... saya sih senang-senang saja mencicipi kue-kue itu... hehe... bolu keju nya lembut sekali, bronnies kukusnya juga enak.. Sama jus mangga timun yang seger bikin mata ngantuk saya gara-gara habis ngedit foto sampe dini hari jadi kelilipan sampe melek. Ha...ha...ha...










Praktek memasak dan membuat kue ini mendatangkan tim demo dari Rose Brand. Salut juga buat Rose Brand, mereka datang tidak dibayar, tapi mereka membagi pengalaman praktek dengan antusias lengkap dengan peralatan yang dibawa dalam mobil box sendiri. Jujur... saya sih senang-senang saja mencicipi kue-kue itu... hehe... bolu keju nya lembut sekali, bronnies kukusnya juga enak.. Sama jus mangga timun yang seger bikin mata ngantuk saya gara-gara habis ngedit foto sampe dini hari jadi kelilipan sampe melek. Ha...ha...ha...


Rapat singkat mahasiswa peserta pelatihan dengan dosen menghasilkan kesepakatan bahwa perpisahan akan diadakan di Kelapa Rapet dekat pangkalan AL ketapang, Lempasing bablas lagi. Lokasi yang sama dengan perpisahan pelatihan tahun lalu. Sebenernya ada yang memberikan ide untuk ke Kalianda, pantai dekat daerah Kalianda Resort, sayang, karena sebagian besar mahasiswa bekerja dan dengan alasan lain, mereka memilih tempat dengan jarak tempuh lebih dekat. Lokasi yang sama dengan tahun lalu buat saya berpikir, mudah-mudahan saya mampu menampilkan cerita Pelatihan yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Mudah-mudahan saya dapat mengeksplor seting bidikan-bidikan saya nantinya. Apalagi di tengah kondisi kepala agak sedikit berdenyut-denyut karena kurang tidur. He..he.. Jadilah di hari Sabtu itu ada yang ngantor terlebih dahulu dengan masuk setengah hari saja, baru kumpul di kampus untuk berangkat sama-sama. Saya cukup menikmati perjalanan dengan durasi kurang lebih 1 jam itu. Jalan aspal mendaki gunung ke lokasi dengan kanan kiri pedesaan pesisir, tambak udang, ataupun pepohonan rimbun, cukup menghibur mata saya yang tiap hari dibikin sumpek dengan suasana kota Bandar Lampung yang semakin berantakan. Mendekati lokasi mulai terlihat bibir-bibir pantai berbatasan dengan daratan.

Keliatan semangatnya nggak....?

Suasana Kelapa Rapet siang itu, terik... Yang artinya cahaya bagus untuk bidikan-bidikan saya doong...

Sampe di sana, setelah
lihat kanan-kiri untuk tentuin tempat, akhirnya dipilih 2 pondok untuk menaruh barang-barang dengan mobil kampus yang parkir di dekatnya. Mulai para dosen nyusun acara game untuk ngeramein acara perpisahan. Yang antara laen adalah joget jeruk dan makan kerupuk, masing-masing putra-putri. Bukan nilai hadiahnya yang diliat, tapi gimana partisipasi tiap personal untuk ikut merasa memiliki acara tersebut yang diharapkan. Maklum...mereka itu mahasiswa semester terakhir yang akan melaju ke tahap Tugas akhir. Di rindangnya pohon-pohon sempat ada kekhawatiran dengan bidikan saya yang pastinya nantinya akan bercampur dengan bayangan rimbun pepohonan. Sekali lagi...dengan konyolnya....saya lupa untuk masang blitz terpisah yang sudah saya siapkan dengan baterainya yang cukup isi. He..he...saya masih kurang sigap bongkar pasang peralatan kamera itu agaknya....

Sstt...beberapa kali saya selalu dipanggil untuk rekam aksi mereka lho...

Makan kerupuk putra & putri

Para mahasiswa beraksi....

Nggak tau kenapa...saya tergolong suka dengan candid photos, mengabadikan momen & ekpresi yang terjandung di dalamnya tanpa harus mengatur seting dari objek, atau target bidikan tepatnya, sehingga menghasilkan ekspresi-ekspresi natural bisa bikin hati saya puas, padahal.....belom tentu hasil bidikan saya itu oke, Ha...ha...ha.... Teman dari Philliphine waktu di Jogja dulu suka protes itu sambil senyum-senyum menangkap basah aksi saya itu, Clarissa namanya. You're cheating on me......" katanya waktu saya menangkap wajahnya di acara perpisahan sederhana sesama mahasiswa foreigner di Jogja. Sudah tentu saya jadi undangan yang hampir tidak diperhitungkan. He..he..he...

Setelah beberapa perlombaan kecil itu, lanjut ke makan siang bersama. Sementara game tadi berlangsung, Mas Gun beserta istri dengan telatennya manggang ikan simba gepeng yang dibeli Mamah di Pasar Gudang Lelang Ada 3 ekor dengan satu per satu dipanggang sesuai sesi makan tentunya.. Saya yang sebenernya mikir-mikir dulu kalo mau makan ikan laut panggang, tanpa ragu-ragu karena terbawa suasana, dengan lahap ikut ngerasain panggangannya Mas Gun itu. Heran campur kagum juga, nikmat sekali, nggak ada amis yang biasanya saya sebel itu. Karena pemakaian cuka dan beberapa bumbunya pas, jadi mantap banget disantap dengan sambel kecap bikinan para dosenwati (karena perempuankah…?).


Mas Gun & Panggangannya...



Pulau di seberang, ternyata berhasil menarik minat para mahasiswa untuk sama-sama patungan nyewa perahu dengan lama kurang lebih 1 jam untuk mengantar pulang-pergi. Saya…? Si tukang poto gadungan…? Sudah pasti otomatis ikut dengan duduk di tempat favorit saya tiap naiki perahu mesin bercadik seperti ini. Yaitu di ujung depan perahu yang nggak kebagian peneduhnya. Serasa saya jadi kapten awak kapal yaa….? Dengan kedua kaki terjulur ke bawah bermain-main dengan derak air laut yang berbenturan dengan perahu pastinya. Saya baru sadar, banyak sekali ubur-ubur dengan warna pink transparan sepanjang perjalanan ke pulau di air laut yang hangat-dingin itu… Geli, cantik, tertarik, perasaan campur aduk ngeliat koloni itu bertebaran di mana-mana.. Beragam juga ukurannya, sampe paling besar kira-kira diameter 35 cm juga ada.


Nahh.... Ini dia si cantik ituu...










Pulau yang saya nggak tau juga namanya itu mulai dekat dari pandangan. Nggak lama perahu bersandar di hamparan pasir yang putih halus bersinar karena pantulan terik matahari siang. Aksi jeprat-jepret terus berlangsung. Mahasiswa mulai asyik sendiri-sendiri dengan Ekosistem berhias pasir lembut itu. Main air, nyelem, duduk-duduk di naungan pepohonan, maenan pasir, sampe dengan maenan batang-batang pohon yang ‘nyasar” di air..

Saya bener-bener nggak tahan liat bersihnya air laut di sekitar pulau ini. Lupa sejenak akan tugas motret jadilah… Sebentar saja…saya bener-bener kepingin ngerasain air laut yang dari tadi seperti manggil-manggil saya itu… He..he… tapi bagus juga lalai sebentar, kamera yang saya titipkan sebentar pada mahasiswa, akhirnya ngebidik juga gambar saya yang terhitung langka itu. Oke…jadi ada sedikit kenangan dengan mereka.


Yang manakah sayaa...?

Pulang dari pulau


Mulai kelihatan kumpul semua, mulailah instruksi untuk segera bersiap-siap pulang disampaikan oleh dosen. Saya yang sudah bilas & ganti baju pun mengemasi perlengkapan kamera dan naek ke bis dengan semangat.. Pengen cepet pulang juga setelah seharian lepas jenuh di suasana perairan yang nggak tiap periode berkala bias saya kunjungi itu. Maklum….order supir & seksi repot di rumah lumayan juga.

Dengan celana pendek butut kesayangan warna ijo army itu, kaos biru belel gambar tengkorak, rambut basah dengan bagian depan di kuncit biar nggak kayak pemeran utama film horror, saya senyum-senyum terus dengan Sari yang duduk di sebelah di dalam bis. Seperti....sesaat ngerasain jadi anak-anak lagi… Momen yang bagus juga untuk didapat sekali-sekali.. Biar nggak terkena penuaan dini berserta efek sampingnya… Ha…ha…ha…


Mari pulaang...marilah puulaaang...


Akan saya sertakan beberapa foto favorit saya yang nggak tau kenapa saya suka dengannya. Oke…beberapa saya tau pasti alasannya, beberapa ya karena saya suka aja (yang ini mah…belom tentu orang lain setuju dengan selera saya, ya gak masalah…).


Segerombolan anak SMA selesai perpisahan agaknya...


Daun ini lucu juga jadi ada kerilipnya...


Ubur-ubur cokelat dengan ukuran kira-kira sebesar bola pingpong


Dan....mereka melompat...


Percaya nggak kalo ini butir-butir pasir...?


Tinggal cangkangnya saja...


Saya suka komposisinya


He...he...geli tiap liat foto ini...


Ukh...beraat...


Mencoba sesuatu yang berpola


Saya suka dengan angle seperti ini, kenapa yaa....?


Sari di antara kerupuk


Seperti kayu..


Hasil tangkapan kah...?


Mmhh....penuh tauk...


Sudut miring


Modelku..


Ini memang bukan bidikan saya, tapi cukup menggambarkan salah satu sifat manusia, hehe...


Bermacam-macam gaya


Siap berlayar..


Saya cinta keduanya...


Dalam dekapan Ayah